Wisata ke Roma

12:04 AM

Wisata di Roma

Karena Metro alias kereta Roma cuman mencakup lingkar luar pusat kota aja, jadi saya lebih banyak jalan kaki untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dan rasanya ban pinggang pun terasa semakin longgar, sehingga saya harus mengetatkan tali ban pinggang di siang hari J. Roma tak ubahnya seperti kota reruntuhan, terutama di area sekitar Colloseum yaitu Roman Forum dan Palatine Hill yang ditambah dengan Arc de Constantine, sebuah pilar memorial di dekat Colloseum. Reruntuhan bekas kerajaan Romawi di kota ini memang mengagumkan, begitu banyak pilar-pilar dan tebing-tebing yang tidak lagi utuh, tapi justru menyisakan masa lalu yang begitu mendalam.

Dengan mudahnya kita bisa menemukan lokasi reruntuhan bangunan bersejarah yang begitu luas, namun tetap dijaga keberadaanya oleh pemerintah. Bahkan begitu banyak patung-patung Caesar roma di pinggir jalan dan dikalungkan kalung bunga sebagai tanda penghormatan. Sangat kontras dengan pemerintah kita yang rasanya sebisa mungkin menghilangkan nilai-nilai sejarah dari gedung-gedung yang satu per satu malah dihancurkan.

Beruntungnya saya, minggu ini merupakan cultural week yang diadakan oleh pemerintah itali, jadi semua museum publik itu gratis, salah satunya adalah Colloseum, yang merupakan alasan kedua saya berada di Roma. Saya sempet khawatir kalo antrian akan panjang banget karena free entry. O ya,  bahasa Italinya gratis ternyata juga “gratis” loh. Jadi kalo liat ada kata “gratis”, rasanya seneng banget. Tapi begitu saya masuk ke bangunan yang menakjubkan ini, ternyata tidak ada antrian sama sekali meski pengunjung tetap diberikan tiket, bahkan saya bisa keliling Colloseum dengan bebasnya. Ada beberapa orang gladiator roma di depan colloseum, tapi ternyata mereka hanyalah seniman yang meminta imbalan untuk berfoto bersama
J -pantas saja tubuh mereka kok ga berotot dan gagah seperti Russel Crowe di film Gladiator J

Colloseum yang saat ini menjadi salah satu dari keajaiban dunia jaman modern ternyata punya sejarah yang begitu panjang. Gedung ini mulai dibangun sejak tahun 70 setelah masehi oleh kaisar Vespasian dan diselesaikan oleh Titus pada tahun 80. Pada awalnya bangunan ini bernama Flavio, berasal dari nama keluarga Titus (Flavium) namun entah bagaimana berubah menjadai colloseum seperti sekarang ini. Di bahasa Itali sendiri justru disebutnya Coloseo. Pertarungan para gladiator roma tercatat menjadi salah satu kegiatan utama di gedung ini selain pertunjukan umum seperti perburuan hewan, pertarungan hingga drama. Pertarungan antara gladiator dengan hewan dipercaya masih berlangsung hingga tahun 523. Pada tahun 217, sempat terjadi kebakaran hebat yang meluluh-lantahkan bangunan ini. Gedung yang kemudian tak terawat ini sempat dijadikan rumah, toko, tempat ibadah, pusat kebudayaan bahkan gudang sebelum akhirnya pemerintah memugar kembali bangunan yang runtuh ini. Masih cukup banyak dapat ditemui pilar-pilarberumur ratusan tahun yang berserakan di lantai. Saat ini di dalam Colloseum pun masih banyak terdapat titik-titik perbaikan, termasuk di tengah-tengah area gladiator.

Area gladiator ini memiliki luas 83 x 48 meter. Saya jadi kebayang bagaimana suasana colloseum ini pada saat itu; sorak sorai pendukung para gladiator baik saat bertarung dengan sesama gladiator ataupun ketika melawan hewan. Pasti begitu megah dan mendebarkan karena konon mereka bisa bertarung hingga tewas. Saat ini bisa dilihat dengan jelas tiang-tiang bernama hypogeum, seperti labirin di tengah-tengah arena gladiator yang merupakan terowongan-terowongan yang menjadi penghubung antara kandang-kadang hewan liar sebelum dilepaskan ke arena pertarungan. Pertarungan pun melibatkan berbagai jenis hewan dari mulai gajah, singa, macan, jerapah hingga buaya. Salah satu pertarungan terhebat yang dimenangkan oleh Trajan pada tahun 107, dipercaya melibatkan 11,000 hewan dan 10,000 gladiator.

Air menjadi tanda kesuburan dan di Roma begitu banyak pancuran air dari yang biasa di pinggir jalan hingga yang WAH banget dan jadi atraktsi turis seperti Plaza Navona dengan 3 fountain besar di sepanjang jalan itu, hingga yang paling ngetop yaitu Trevi Fountain, pancuran yang begitu megah dan selalu jadi tempat turis melempar koin dengan cara menghadapkan punggung ke pancuran, make a wish dan melempar koin itu melewati kepalanya. Alhasil cara ini wajib dilakukan kalo punya keinginan untuk kembali ke roma lagi. Ratusan turis setiap harinya pun selalu memenuhi area air mancur ini, dari mulai ayah yang menggendong-gendong anaknya, pasangan muda-mudi, rombongan tour hingga signora-signora cantik yang berfoto-foto ria. Background dari fountain ini yaitu tiga patung besar nan gagah dimana yang 1 sedang menaklukkan kuda, yang 1 sedang merayakan kemenangan atasa kuda tersembut sambil meniup terompet dari kerang dan yang 1 yaitu seorang yang berdiri gagah dengan air mancur dibawahnya.
               
Wisata di Roma sedikit menantang dari sudut bahasa, tidak sedikit orang yang ga bisa berbahasa inggris. Berkali-kali pengalaman unik terjadi ketika saya menanyakan jalan kepada warga lokal. Saya bertanya dalam bahasa inggris dan mereka terlihat sangat susah mencerna itu, meski dengan berbagai bahasa isyarat pun akhirnya mereka mengerti tujuan saya. Namun yang membuat situasi tambah runyam, mereka menjelaskan kepada saya justru dengan bahasa italia "...da qui, si svolta a destra e sinistra..." **,
 yang sontak membuat saya mengangguk-angguk seolah-olah mengerti dan pergi dengan kebingungan setelah mengucakan grazie. Dan terkadang, meski mereka bisa berbahasa inggris pun mereka tetap akan membalas dengan bahasa itali seperti ketika saya mengirimkan e-mail ke salah satu gereja di Roma.Tapi jangan khawatir, cameriere restoran pada umumnya lancar berbahasa inggris, jadi soal urusan perut tetap aman J.

Begitu banyak wisata rohani katholik di roma, berbagai basilica dan gereja pun banyak ditemui di susut-sudut jalan. Yang paling ngetop yaitu gereja Santa Maria Del Popolo dan Basilica Santa Maria Maggiore. Dan tentunya yang merupakan wisata rohani yang wajib tidak hanya bagi umat pemeluk agama katholik, yaitu ke Vatican city, Negara terkecil di dunia yang terletak di dalam suatu kota. Hebat kan, bisa ada Negara di dalam suatu kota
J


sumber: http://ranggayudhika.multiply.com/journal/item/107?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe